Berfikir Induktif
Induksi adalah cara
mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif
adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
1. Generalisasi
Generalisasi merupakan suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju
kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki.
Contoh :
Tamara Bleszynski
adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah
bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua
bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua
bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang
iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam Generalisasi :
Generalisasi Sempurna
=> Generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak
sempurna
=> Generalisasi
dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan
juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh
pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian
generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak
sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian
yang benar.
Prosedur pengujian atas
generalisasi tersebut adalah:
Jumlah sampel yang
diteliti terwakili.
Sampel harus
bervariasi.
Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Hipotesis dan Teori
Suatu hipotesis
sifatnya spesifik dan prediktif, membahas tentang apa yang Anda harapkan akan
terjadi dalam penelitian Anda. Sebagai contoh, sebuah penelitian untuk melihat
hubungan antara kebiasaan belajar dan kecemasan mungkin memiliki hipotesis yang
menyatakan, "Kami memperkirakan bahwa siswa dengan kebiasaan belajar yang
lebih baik tidak mengalami banyak kecemasan." Jika sebuah studi membahas
tentang eksplorasi alam, hipotesisnya harus selalu menjelaskan apa yang
diharapkan terjadi selama eksperimen atau penelitian.
Sebuah teori adalah
prinsip mapan yang telah dikembangkan untuk menjelaskan beberapa aspek dari
suatu pengetahuan. Sebuah teori muncul dari pengamatan dan pengujian berulang
dengan menggabungkan fakta, hukum, prediksi, dan hipotesis yang diterima secara
luas.
Kedua istilah (teori
dan hipotesis) kadang-kadang digunakan secara bergantian, namun perbedaan
penting di antara keduanya meliputi:
Suatu teori memprediksi
peristiwa secara umum, sedangkan hipotesis membuat prediksi spesifik tentang bagian
tertentu suatu keadaan.
Suatu teori telah diuji
secara luas dan diterima secara umum, sedangkan hipotesis adalah dugaan
spekulatif yang belum diuji.
3. Analogi
Analogi dalam ilmu
bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada
kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Analogi dalam Bahasa
Indonesia Tidak Selalu Mutlak Sifatnya
Analogi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia bermakna membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh
yang sudah ada. Analogi dalam bahasa artinya suatu bentukan bahasa yang
menirukan contoh yang sudah ada. Gejala analogi memegang peranan penting dalam
pengembangan dan pembinaan suatu bahasa terutama bahasa yang sedang tumbuh dan
berkembang seperti bahasa Indonesia.
Di dalam bahasa
Indonesia sudah lama dikenal bentuk: putra-putri, dewa-dewi. Fonem /a/ dan /i/
pada akhir kata memiliki fungsi membedakan jenis kelamin benda yang disebutkan.
Berdasarkan bentukan yang telah ada maka munculah bentukan baru: saudara di
samping saudari, mahasiswa-mahasiswi, pemuda-pemudi dsb..
Seperti diketahui
banyak pemerhati bahasa, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal alat (bentuk
gramatika) untuk menyatakan/membedakan benda-benda jenis laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin dinyatakan dengan bantuan kata lain yakni kata
laki-laki (pria) dan perempuan(wanita) di belakang kata yang dimaksud,
misalnya: murid laki-laki, sauadara perempuan, kakak laki-laki, dsb. Untuk
binatang atau tumbuhan digunakan kata jantan dan betina, misalnya: kuda jantan,
sapi betina, bunga jantan, bunga betina, dsb.
Karena unsur a dan i
bukanlah asli bahasa Indonesia, maka analogi dengan unsur itu haruslah
dibatasi, sekadar yang memang perlu dan tentu saja kata bentukan yang baru
jangan sampai bertabrakan arti dengan kata yang sudah ada. Misalnya di samping
kata ‘raja’ tidak perlu dibentuk ‘raji’ sebab sudah ada kata lain yaitu ‘ratu’.
Oleh karena itu analogi dalam bahasa indonesia tidak selalu mutlak sifatnya.
4. Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat /
hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua
realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan tidak dapat
mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan
tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Contoh hubungan
kausal :
Kuberikan sedikit uang
disakuku untuk membeli obat, ia menatap wajahku.. Menitikkan air mata lagi.. Ia
menangis karena senang mendapatkan uang untuk membeli obat dan makanan untuk
adik dan ibunya dirumah.
Beberapa hari kemudian,
aku bertemu dengan anak itu bersama ibunya di pasar. Mereka menghampiriku,,
memberiku sedikit makanan kecil sebagai ungkapan terima kasih padaku karena
telah membantu anak itu beberapa hari yang lalu.
Pengertian lain :
Hubungan kausal
(kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara
segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal
lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu:
“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”
Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah:
“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.”
Dan menurut Soekartawi (1989:29), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jika :
1. Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan
2. Pemasaran dapat lebih tinggi
3. Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.
4. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran.
Adapun untuk mencari tingkat efisiensi dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Efisiensi = Input Target/Input Aktual >=1
Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan terjadi efisiensi.
Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual kurang daripada 1 (satu), maka efisiensi tidak tercapai.
Jadi Induksi dalam metode efisiensi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual pada suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.
Sumber yang membantu penulis :
5. Induksi Dalam Metode Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu:
“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”
Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah:
“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.”
Dan menurut Soekartawi (1989:29), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jika :
1. Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan
2. Pemasaran dapat lebih tinggi
3. Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.
4. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran.
Adapun untuk mencari tingkat efisiensi dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Efisiensi = Input Target/Input Aktual >=1
Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan terjadi efisiensi.
Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual kurang daripada 1 (satu), maka efisiensi tidak tercapai.
Jadi Induksi dalam metode efisiensi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual pada suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.
Sumber yang membantu penulis :
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-generalisasi.html
0
comments